Sejarah Kopi Di Jurangmangu Tak Tercatat Di Arsip Resmi, Namun Hidup Dalam Ingatan Kolektif Masyarakat

Reportase Sosial Masyarakat

Kopi Kami: Kisah Warga Desa Jurangmangu yang Hidup Bersama Kopi

PEMALANG - Di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Jurangmangu, kopi bukan sekadar minuman. Ia adalah denyut nadi kehidupan, perekat sosial, dan simbol kebanggaan. Suhu sejuk, tanah subur, dan udara yang bersih menjadikan desa ini rumah ideal bagi tanaman kopi yang tumbuh subur di pekarangan rumah maupun kebun warga. Hampir setiap keluarga memiliki pohon kopi yang dirawat turun-temurun. Bagi warga, kopi tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga bagian dari tradisi dan cara menjaga kebersamaan. Sejarah kopi di Jurangmangu tak tercatat di arsip resmi, namun hidup dalam ingatan kolektif masyarakat. Dahulu, kopi hanya untuk konsumsi pribadi, lalu menjadi alat tukar atau hadiah dalam hajatan. Kini, perannya berkembang menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Setiap musim panen, suasana desa berubah ramai: anak-anak ikut memetik buah kopi, halaman rumah penuh dengan jemuran biji, dan aroma sangrai memenuhi udara.

Proses pengolahan kopi di sini masih mempertahankan sentuhan tradisional. Dari penanaman yang penuh kesabaran, panen yang dilakukan manual, penjemuran di bawah sinar matahari, hingga penyangraian di tungku kayu, semua dikerjakan dengan hati-hati. Hasilnya adalah cita rasa khas: pahit yang lembut, sedikit asam, dan aroma kuat yang memikat. Namun, kopi di Jurangmangu tidak hanya menghidupkan ekonomi. Ia juga menjadi medium sosial. Di teras rumah, pinggir kebun, atau bawah pohon tua, warga berkumpul untuk minum kopi sambil bertukar kabar, membicarakan hasil panen, bahkan mencari solusi bersama atas masalah desa. Dalam setiap musyawarah, kopi hadir sebagai penghangat suasana, meredam ketegangan, dan mempererat hubungan antarwarga. Generasi muda kini mengambil peran penting. Mereka tak hanya menjadi penikmat kopi, tapi juga kreator ide-ide baru untuk mengemas, memasarkan, dan membangun citra kopi Jurangmangu agar mampu bersaing di pasar luar. Upaya ini semakin kuat dengan adanya dukungan dari program KKN Multidisiplin yang menginisiasi modul panduan, pelatihan branding, dan inovasi kemasan berbalut kearifan lokal.

Seluruh kegiatan tersebut mendapatkan arahan dan bimbingan dari Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Ir. Fahmi Arifan, S.T., M.Eng., M.M., IPM., ASEAN Eng., yang menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah desa, dan generasi muda untuk memperkuat identitas kopi Jurangmangu. Menurutnya, potensi kopi ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga cerita, nilai budaya, dan peluang ekonomi yang dapat mengangkat nama desa hingga ke tingkat nasional bahkan internasional. Kopi Jurangmangu memiliki peluang besar menembus pasar luas berkat kualitas rasa, cerita budaya, dan kehangatan sosial yang menyertainya. Tantangannya kini adalah menjaga konsistensi mutu dan memperkuat branding sebagai kopi dari lereng Gunung Slamet yang lahir dari tangan-tangan penuh cinta. Di balik setiap cangkir kopi dari Desa Jurangmangu, tersimpan kisah tentang kesabaran, kebersamaan, dan mimpi masa depan. Kopi ini bukan hanya minuman, tetapi cerita yang terus hidup di hati warganya, dari generasi ke generasi.

Sumber : Arda Jayamahendra_Sejarah_Kopi Kami: Kisah Kehidupan Warga Desa Jurangmangu yang Hidup Bersama Kopi. 

(Eko B Art). 

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Pengabdian: Mahasiswa KKN-T 158 Dorong Inovasi UKM Kopi Di Desa Jurangmangu

Idul Fitri Adalah Momen Kebersamaan "Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah"

Mahasiswa KKN Multidisiplin Dorong Kopi Jurangmangu Tembus Pasar Lewat Branding Berbasis Budaya Lokal