Mengubah Limbah Jadi Berkah: Pakan Ikan Fungsional Berbahan Jahe Karya Mahasiswa KKNT Tim 123 Desa Klareyan
PEMALANG - Desa Klareyan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, yang dikenal memiliki potensi besar di bidang pertanian jahe, pada hari Kamis, 31 Juli 2025, menjadi saksi dari sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang penuh makna. Desa yang selama ini identik dengan hasil jahe dan produk olahan herbalnya, kini menunjukkan wajah baru melalui upaya inovatif dalam memanfaatkan limbah jahe yang sering dianggap tidak berguna.
Pada kesempatan tersebut, Tim KKN-T Universitas Diponegoro yang tergabung dalam kelompok Tim 123 resmi melaksanakan program kerja bertajuk “Optimalisasi Limbah Jahe sebagai Pakan Ikan Fungsional untuk Meningkatkan Kesehatan Ikan Konsumsi.” Program ini hadir sebagai jawaban atas dua persoalan utama masyarakat Klareyan: pertama, menumpuknya limbah ampas jahe yang berpotensi mencemari lingkungan; dan kedua, tingginya biaya pakan ikan yang menjadi kendala bagi para peternak lokal.
Melalui kegiatan ini, tim KKN-T 123 berupaya menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap sampah masih bisa diolah menjadi produk bernilai guna tinggi. Dengan memadukan ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna, dan semangat pemberdayaan masyarakat, limbah ampas jahe yang biasanya terbuang sia-sia kini disulap menjadi pakan ikan fungsional yang tidak hanya sehat, tetapi juga membantu meningkatkan imunitas ikan konsumsi seperti lele, nila, dan gurame.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani jahe, pelaku UMKM pengolah herbal, hingga peternak ikan di Desa Klareyan. Kolaborasi tersebut menjadi bukti nyata bagaimana pengabdian mahasiswa melalui program KKN tidak hanya memberi manfaat langsung bagi masyarakat, tetapi juga menghadirkan inovasi berkelanjutan yang dapat mendukung ketahanan pangan lokal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Program kerja ini diinisiasi oleh Divani Anggisha, mahasiswa Jurusan Perikanan Tangkap Universitas Diponegoro, yang berperan sebagai pelaksana utama sekaligus penyusun gagasan. Ide tersebut lahir dari kepeduliannya terhadap potensi besar limbah jahe yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan semangat inovasi, Divani bersama Tim KKN-T 123 merancang kegiatan yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Klareyan.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara mahasiswa dengan masyarakat, khususnya para pelaku UMKM lokal. Melalui pendekatan partisipatif, tim KKN mengajak warga untuk bersama-sama mengolah ampas jahe menjadi pakan ikan fungsional. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat bukan hanya tentang transfer ilmu dari kampus ke desa, tetapi juga tentang membangun sinergi, saling belajar, dan mengangkat potensi lokal yang selama ini sering terabaikan.
Dalam acara puncak kegiatan, hasil inovasi berupa produk pakan ikan fungsional dengan penambahan ampas jahe secara simbolis diserahkan kepada Bapak Eko Siswoyo, seorang pelaku UMKM minuman tradisional berbahan dasar jahe yang cukup dikenal di Desa Klareyan. Serah terima ini menjadi momen penting, karena Bapak Eko sekaligus menjadi mitra utama program yang selama ini menghasilkan banyak limbah ampas jahe. Kehadiran inovasi ini diharapkan dapat membantu beliau mengurangi limbah yang menumpuk, sekaligus mempertahankan keberlanjutan usahanya melalui diversifikasi pemanfaatan produk samping.
Lebih dari itu, dengan adanya pakan ikan fungsional berbasis jahe, peluang peningkatan pendapatan bagi pelaku UMKM seperti Bapak Eko semakin terbuka. Limbah yang dulunya tidak bernilai kini justru menjadi bagian penting dalam siklus ekonomi desa. Hal ini sejalan dengan tujuan utama KKN, yakni menghadirkan solusi praktis berbasis potensi lokal yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat
Desa Klareyan dikenal sebagai salah satu wilayah yang cukup banyak menghasilkan jahe. Namun, produksi jahe di desa ini tidak lepas dari permasalahan limbah. Sisa jahe yang tidak terjual, potongan jahe rusak, hingga ampas hasil pengolahan minuman jahe, sering kali hanya dibuang begitu saja. Padahal, limbah jahe masih menyimpan kandungan bioaktif berupa gingerol, shogaol, dan minyak atsiri yang bermanfaat sebagai antioksidan, antibakteri, serta peningkat daya tahan tubuh.
Di sisi lain, sektor perikanan di Desa Klareyan juga terus berkembang. Banyak warga membudidayakan ikan konsumsi seperti lele, nila, dan gurame. Namun, biaya pakan komersial yang tinggi sering menjadi hambatan utama. Tidak jarang, pembudidaya ikan mengalami kesulitan menyeimbangkan biaya operasional dengan keuntungan yang didapat.
Melihat kondisi ini, Divani Anggisha dari Tim KKN-T 123 mencoba menghadirkan gagasan cerdas: mengolah limbah jahe menjadi pakan ikan fungsional dengan tambahan bahan sederhana yang mudah diperoleh, seperti bekatul, tepung tapioka, dan tepung ikan.
Sejak awal bulan Juli, tim KKN-T 123 mulai melakukan survei kecil-kecilan terhadap potensi lokal dan kebutuhan masyarakat. Hasil survei menunjukkan bahwa Bapak Eko Siswoyo, salah satu pelaku UMKM di desa, sangat terbuka dengan ide inovasi pakan ikan berbahan dasar jahe. Beliau menyampaikan bahwa biaya pakan selama ini mencapai hampir 70% dari total biaya produksi, sehingga adanya pakan alternatif akan sangat membantu.
Pada tanggal 29 Juli 2025, Divani Anggisha bersama beberapa rekan tim melakukan koordinasi awal dengan Bapak Eko. Diskusi hangat terjadi di teras rumahnya yang sederhana namun penuh semangat. Beliau menuturkan,
“Kalau ada pakan yang bisa menekan biaya, tapi juga menyehatkan ikan, itu tentu luar biasa. Saya siap jadi mitra coba.”
Dengan restu dari masyarakat dan dukungan penuh dosen pembimbing lapangan, tim kemudian memutuskan untuk melakukan praktik langsung pembuatan pakan pada 31 Juli 2025.
Kegiatan pembuatan pakan ikan fungsional dilakukan oleh Divani Anggisha, mahasiswa Jurusan Perikanan Tangkap, dengan bantuan oleh rekan-rekan KKN-T Tim 123. Proses ini dilaksanakan pada sore hari di halaman posko 2 KKN-T 123 yang berlokasi di Dusun 4, Desa Klareyan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Seluruh tahapan dilakukan secara sistematis, mulai dari persiapan bahan hingga pengemasan produk akhir.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pakan ini terdiri dari:
Bekatul: berfungsi sebagai sumber karbohidrat dan energi.
Limbah jahe: berupa sisa jahe parut dari pengrajin jamu maupun pengusaha minuman berbahan dasar jahe, berfungsi sebagai zat fungsional yang meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
Tepung ikan: sebagai sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan.
Tepung tapioka: digunakan sebagai perekat agar pakan dapat berbentuk pelet.
Bahan-bahan tersebut dapat dengan mudah diperoleh dari sekitar Desa Klareyan. Bekatul diperoleh dari penggilingan padi, limbah jahe dikumpulkan dari rumah tangga maupun pelaku usaha jamu, sedangkan tepung ikan dan tapioka dibeli dari pasar tradisional setempat.
Dalam penyusunannya, Divani memperhatikan keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan ikan. Formula sederhana yang diperkenalkan adalah:
Bekatul: 40%
Tepung ikan: 30%
Limbah jahe kering halus: 20%
Tepung tapioka: 10%
Komposisi tersebut dinilai seimbang karena mampu memberikan energi dari bekatul, protein dari tepung ikan, serta fungsi imunostimulan dari jahe. Sementara itu, tepung tapioka berperan penting dalam menjaga adonan agar tetap menyatu.
Bahan-bahan kering ditimbang sesuai takaran, kemudian dicampur hingga merata. Setelah itu, air ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga terbentuk adonan yang kalis. Pada tahap ini, tepung tapioka mulai berfungsi sebagai perekat sehingga adonan lebih padat dan siap untuk dicetak.
Adonan yang sudah kalis kemudian dibentuk menjadi butiran kecil menyerupai pelet. Pencetakan dilakukan secara manual menggunakan tangan. Meskipun sederhana, hasil pelet cukup baik dengan bentuk yang padat dan tidak mudah hancur.
Tahap terakhir adalah penjemuran pelet di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 2–3 jam, tergantung pada intensitas cahaya matahari. Metode pengeringan alami ini dipilih karena lebih ramah lingkungan meskipun membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan pengeringan menggunakan oven listrik.
Divani menjelaskan bahwa pengeringan alami lebih ramah lingkungan dibanding penggunaan oven listrik, meskipun waktu yang dibutuhkan sedikit lebih lama.
Divani juga menjelaskan manfaat kandungan jahe bagi kesehatan ikan. Senyawa aktif dalam jahe dapat:
meningkatkan daya tahan tubuh ikan,
mencegah infeksi bakteri,
mempercepat pemulihan ikan setelah stres,
serta berpotensi memperbaiki kualitas daging ikan konsumsi.
Diva juga menjelaskan bahwa pakan bukan sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai “obat alami” bagi ikan. Dengan begitu, penggunaan obat-obatan kimia dalam budidaya bisa dikurangi.
Sebagai puncak kegiatan, pada sore hari dilakukan penyerahan simbolis produk pakan ikan fungsional dari Tim KKN-T 123 kepada Bapak Eko Siswoyo, selaku mitra sekaligus pelaku UMKM pengolah minuman herbal berbahan dasar jahe di Desa Klareyan. Dalam momen tersebut, Divani Anggisha mewakili tim menyerahkan satu standing pouch berisi pelet hasil produksi pada hari itu.
Acara penyerahan berlangsung sederhana namun penuh makna. Bapak Eko menerima produk dengan ekspresi gembira, seraya menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi dan pendampingan yang telah diberikan mahasiswa. Beliau berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
Beliau berkata,
“Saya sangat berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa. Semoga ilmu yang diberikan ini bisa terus kami kembangkan. Siapa tahu nanti bisa jadi usaha baru, tidak hanya untuk pakan sendiri, tapi juga dijual ke peternak lain.”
Penyerahan simbolis ini menjadi tanda bahwa inovasi berbasis potensi lokal dapat benar-benar diaplikasikan di masyarakat, sekaligus membuka peluang usaha baru yang berkelanjutan.
Program pembuatan pakan ikan fungsional berbahan dasar limbah jahe ini tidak hanya menghadirkan solusi pakan alternatif bagi masyarakat Desa Klareyan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan potensi lokal serta mengurangi limbah yang selama ini terabaikan. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan tercapai beberapa dampak positif, antara lain:
Pengurangan limbah jahe di desa, sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Penghematan biaya produksi bagi pelaku UMKM perikanan, karena sebagian pakan dapat diproduksi secara mandiri.
Peningkatan kesehatan ikan, yang berimbas pada kualitas hasil panen yang lebih baik dan lebih tahan terhadap penyakit.
Terbukanya peluang usaha baru, baik dalam bentuk produksi pakan lokal maupun pemasaran produk turunan yang berbasis pada limbah jahe.
Menjelang petang, kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama antara Divani Anggisha, Tim KKN-T 123, dan Bapak Eko Siswoyo sebagai mitra. Senyum ceria menghiasi wajah mereka, mencerminkan kepuasan sekaligus harapan besar terhadap keberlanjutan program ini. Meski sederhana, acara tersebut meninggalkan kesan mendalam, karena menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat nyata ketika dipadukan dengan kearifan lokal dan semangat kolaborasi masyarakat.
Sebelum sesi foto Bersama Bapak Eko Siswoyo, Divani Anggisha menyampaikan harapannya kepada beliau.
“Saya berharap, apa yang saya bagikan hari ini bisa terus dipraktikkan. Pakan fungsional ini memang sederhana, tapi jika dilakukan bersama-sama, manfaatnya akan sangat besar bagi keberlanjutan usaha perikanan di Desa Klareyan.”
Bagi Tim KKN-T 123, kegiatan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Mereka menyadari bahwa pengabdian masyarakat bukan soal membawa sesuatu yang besar atau mahal, melainkan menghadirkan solusi nyata yang sesuai dengan kebutuhan warga. Melalui inovasi sederhana ini, limbah jahe yang selama ini dianggap tidak berguna justru bertransformasi menjadi “emas hijau” yang mendukung ketahanan pangan lokal.
Program kerja ini sekaligus menjadi bukti bahwa mahasiswa dapat berperan sebagai jembatan antara ilmu pengetahuan yang dipelajari di kampus dengan praktik kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Kolaborasi yang terjalin di Desa Klareyan menunjukkan bahwa inovasi berbasis potensi lokal mampu menghadirkan manfaat langsung, baik bagi lingkungan, ekonomi, maupun keberlanjutan usaha perikanan.
Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah berbasis potensi lokal dapat menjadi salah satu solusi nyata dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat desa. Dengan memanfaatkan ampas jahe yang melimpah, masyarakat tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga memperoleh nilai tambah yang bermanfaat bagi sektor lain, dalam hal ini perikanan. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa setiap permasalahan lingkungan dapat diubah menjadi peluang jika ditangani dengan pendekatan yang tepat.
Selain itu, kegiatan ini memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah. Proses mulai dari perumusan ide, koordinasi dengan mitra, hingga praktik di lapangan, melatih mereka untuk berpikir kritis, solutif, dan adaptif terhadap kondisi masyarakat. Bagi Divani dan rekan-rekan Tim KKN-T 123, pengalaman ini menjadi bekal berharga untuk terus berkontribusi di bidang perikanan dan pemberdayaan masyarakat di masa depan.
Dari sisi ekonomi, inovasi pakan ikan fungsional ini membuka peluang besar bagi masyarakat Desa Klareyan. Jika produksi dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan jumlah lebih besar, bukan tidak mungkin desa ini bisa menjadi pemasok pakan alternatif bagi wilayah sekitar. Dengan demikian, program ini tidak hanya membantu mengurangi biaya produksi peternak ikan lokal, tetapi juga dapat mendorong tumbuhnya usaha mikro baru berbasis pengolahan limbah.
Program kerja ini juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Mahasiswa hadir dengan bekal ilmu pengetahuan, sementara masyarakat menyediakan pengalaman lokal dan bahan baku yang melimpah. Perpaduan keduanya melahirkan inovasi sederhana namun bermanfaat. Ke depan, model kolaborasi seperti ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain yang memiliki permasalahan serupa, baik terkait limbah pertanian maupun kebutuhan pakan ikan yang lebih terjangkau.
Akhirnya, kegiatan KKN-T 123 di Desa Klareyan membuktikan bahwa pengabdian masyarakat dapat menghasilkan dampak yang luas jika dijalankan dengan pendekatan partisipatif dan berorientasi pada kebutuhan nyata warga. Pakan ikan fungsional berbahan jahe ini hanyalah langkah awal, namun semangat dan kesadaran yang tercipta dari kegiatan ini diharapkan dapat terus berkembang, sehingga Desa Klareyan dapat menjadi pionir dalam pengelolaan limbah berbasis inovasi dan kearifan lokal. (Eko B Art).
Sumber : Divani Anggisha – Perikanan Tangkap.
Comments
Post a Comment