Mahasiswa KKN Tematik UNDIP Dorong Kopi Jurangmangu Naik Kelas Lewat Strategi Harga dan Promosi Berbasis Nilai
Meski memiliki potensi besar, kopi Jurangmangu masih menghadapi tantangan. Penetapan harga yang cenderung mengikuti pasar membuat nilai uniknya belum sepenuhnya terhargai, sementara promosi masih terbatas pada lingkaran konsumen setempat. Kondisi inilah yang mendorong Alvina Zharfan Ahza, mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Diponegoro, untuk turun tangan melalui program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T).
Sebagai bagian dari proker KKN, Alvina menyusun booklet berjudul “Strategi Penetapan Harga dan Promosi Penjualan Kopi Jurangmangu Berbasis Value-Based Marketing”. Program ini fokus pada cara membantu pelaku UMKM kopi setempat, khususnya merek D’JAV Coffee yang dirintis oleh Bapak Budhi, agar mampu memposisikan produknya di pasar yang lebih luas dan premium.
Proses penyusunan booklet diawali dengan wawancara mendalam pada 16 Juli 2025 untuk menggali informasi tentang sejarah, proses produksi, dan hambatan yang dihadapi. Dari hasil wawancara, Alvina menemukan bahwa kopi Jurangmangu memiliki keunggulan yang bisa menjadi nilai jual kuat: proses petik merah yang menjaga kematangan buah, penjemuran di atas meja untuk menghindari aroma tanah, dan resting biji minimal dua bulan yang membuat rasa lebih stabil. “Pendekatan Value-Based Marketing membuat harga kopi tidak hanya dihitung dari biaya produksi, tapi juga dari nilai tambah yang dirasakan konsumen,” ujarnya.
Bapak Budhi, pemilik D’JAV Coffee, mengakui selama ini ia sengaja menjual dengan margin tipis demi memperkenalkan kopi lokal ke masyarakat Pemalang. “Saya ingin orang sini minum kopi dari kebunnya sendiri. Tapi saya juga sadar, kalau mau berkembang, harga harus mencerminkan usaha dan kualitasnya,” tuturnya. Ia juga menekankan bahwa sebagian besar pelanggan datang karena hubungan personal, testimoni, dan rekomendasi dari mulut ke mulut, bukan dari promosi besar-besaran.
Dalam booklet yang disusun, Alvina memuat simulasi harga untuk berbagai proses kopi seperti washed, natural, hingga natural wine, beserta strategi promosi yang murah namun efektif. Misalnya, penggunaan cerita proses panen di media sosial, stiker kemasan edukatif, hingga pemberian bonus kopi untuk pelanggan setia. Tujuannya bukan sekadar menjual, tetapi membangun citra dan cerita di balik setiap cangkir kopi.
Kepala Desa Jurangmangu melihat panduan ini sebagai langkah penting untuk mendorong petani lain mengolah kopi secara mandiri. “Brand kopi sudah menjadi identitas desa. Dengan panduan ini, kami optimis kopi Jurangmangu bisa lebih dikenal di pasar luar daerah,” ujarnya.
Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Ir. Fahmi Arifan, S.T., M.Eng., M.M., IPM., ASEAN Eng., juga memberikan dukungan penuh. Ia menegaskan bahwa strategi harga berbasis nilai akan efektif jika diiringi konsistensi kualitas dan inovasi rasa. “Keberhasilan pemasaran kopi tidak hanya ditentukan oleh rasa, tetapi juga cerita yang dibangun di balik setiap cangkir,” ungkapnya.
Selain menyusun panduan, Alvina juga mengadakan diskusi bersama Bapak Budhi untuk merancang langkah lanjutan. Beberapa rencana yang dibicarakan meliputi perluasan pasar ke kafe-kafe di kota besar, penyelenggaraan cupping day untuk mengenalkan profil rasa kopi Jurangmangu, hingga melibatkan generasi muda desa dalam pemasaran digital. “Kopi ini bukan sekadar minuman, tapi bagian dari cerita dan identitas desa. Setiap cangkir adalah hasil kerja keras petani dan keindahan alam Jurangmangu,” tutup Alvina.
Dengan strategi yang tepat dan dukungan masyarakat, kopi D’JAV diharapkan dapat menembus pasar yang lebih luas, mempertahankan cita rasa khasnya, dan menjadi kebanggaan dari lereng Gunung Slamet. (Eko B Art) /(**3).
Comments
Post a Comment