"Inovasi CHA-HERO (Kombucha Jahe-Rosella): Mahasiswa KKN Kembangkan Minuman Probiotik Jahe-Rosella untuk Imunitas dan Antioksidan Tubuh"

PEMALANG - Tanggal 07 Agustus 2025 
Matahari siang menyinari halaman rumah sederhana milik Pak Eko, salah satu mitra UMKM Desa Klareyan. Daun pisang yang tergantung di pagar bambu bergoyang ditiup angin, sementara suara ayam berkokok di kejauhan menambah suasana pedesaan yang khas. Hari itu, bukan suasana biasa. Teras rumah Pak Eko dipenuhi meja-meja panjang yang tersusun rapi, beralas taplak bermotif bunga, dihiasi botol-botol kaca berisi cairan merah muda yang memikat.
 Aroma hangat jahe bercampur segarnya bunga rosella menguar di udara. Hari ini menjadi momen penting: pelaksanaan program kerja inovasi CHA-HERO — Kombucha Jahe Rosella. Produk ini bukan sekadar minuman, tetapi simbol inovasi yang lahir dari sinergi salah satu mahasiswi KKN-T 123 Universitas Diponegoro yaitu Rani Sofiani mahasiswi program studi Teknologi Pangan dengan masyarakat Desa Klareyan.
Siang itu, matahari di Desa Klareyan bersinar terik, menembus celah-celah genteng rumah sederhana milik Pak Eko dan istrinya, Bu Roya. Jam dinding menunjukkan pukul 13.15 WIB. Tidak ada keramaian warga, tidak ada panggung besar atau kursi berjajar seperti acara desa pada umumnya, yang terdengar hanyalah suara ayam berkokok di belakang rumah, sesekali bercampur bunyi motor yang melintas di jalan kecil depan rumah. Pemilihan rumah Pak Eko sebagai lokasi peresmian bukan tanpa alasan. Sejak awal, Pak Eko dikenal aktif mendukung berbagai kegiatan desa, termasuk program pemberdayaan UMKM. Halaman rumahnya luas, teduh dengan pohon pisang, serta mudah diakses oleh warga sekitar. Selain itu pasangan sederhana ini adalah pemilik sebuah kedai minuman jahe kecil di pinggir jalan desa. Meski usaha mereka sudah berjalan hampir tujuh tahun, kedainya hanya menjual minuman jahe hangat tradisional yang kadang dicampur gula aren, kadang dicampur susu kental manis
“Hidup kami ya dari situ selain saya mengajar di SDN 07 Klareyan, istri menjalankan bisnis jahe ini. Dari jahe hangat ini, orang-orang desa biasanya mampir kalau malam atau pas hujan,” ujar Pak Eko sambil mengusap dahinya yang berkeringat.
“Biar lebih dekat dengan masyarakat, jangan selalu di balai desa. Kalau di rumah warga, suasananya lebih cair, lebih berani bertanya dan intens,” ungkap Rani Sofiani, Ketua Tim KKN-T 123, saat diwawancarai sebelum acara dimulai. 
Namun hari itu, ada sesuatu yang berbeda. Kedai jahe mereka sebentar lagi akan naik kelas, karena berkolaborasi dengan mahasiswa KKN-T 123 Universitas Diponegoro. Bersama-sama, mereka melahirkan inovasi baru: CHA-HERO — Kombucha Jahe Rosella. Pak Eko sendiri tampak bangga rumahnya dijadikan tempat program kerja multidisiplin 1 Rani Sofiani berlangsung. “Suatu kehormatan, ya. Saya senang bisa ikut jadi bagian dari sejarah kecil ini,” ucapnya sambil tertawa.
Kedai jahe milik Pak Eko berdiri di teras rumahnya. Setiap malam, ia dan istrinya menyalakan kompor, merebus air bersama jahe yang sudah digeprek. Warga desa yang lewat sering berhenti untuk sekadar menghangatkan badan. “Kalau malam dingin, banyak yang cari jahe. Tapi kalau siang, sepi sekali,” kata Bu Eko. Kondisi inilah yang menarik perhatian mahasiswa KKN saat pertama kali melakukan observasi. Mereka melihat potensi: minuman jahe bisa dikembangkan, tidak hanya diminum panas pada malam hari, tapi juga dibuat segar dan modern sehingga cocok untuk segala waktu.
"Saya ingin menghadirkan produk yang tidak hanya sehat dan bermanfaat, tetapi juga berpotensi meningkatkan nilai jual suatu produk" ujar Salah satu mahasiswi Tim KKN-T 123, Rani Sofiani dalam sambutannya. Wajahnya penuh antusias ketika menceritakan bagaimana ide CHA-HERO mulai dirancang sejak awal program KKN.
Perjalanan lahirnya CHA-HERO tidaklah instan. Berawal dari pemikiran mengenai potensi jahe dan rosella serta minimnya pengetahuan warga mengenai kombucha, ide ini muncul sebagai jawaban atas dua tantangan besar: rendahnya pemanfaatan hasil pertanian lokal dan pentingnya peningkatan kesehatan masyarakat. Desa Klareyan memang memiliki beberapa UMKM yang menjual minuman berbahan dasar jahe serta bunga rosella kurang dimanfaatkan dalam pembuatan teh, namun keduanya selama ini belum diolah secara optimal menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
“Saya pikir, bagaimana kalau jahe yang sudah dikenal di desa ini dipadukan dengan rosella, lalu dibuat jadi kombucha? Rasanya unik, sehat, dan bisa jadi produk baru untuk kedai Pak Eko,” jelas Rani Sofiani, Mahasiswi Tim KKN-T 123 UNDIP.
Pak Eko sempat heran. “Kombu… apa itu tadi?” tanyanya dengan logat khas Pemalang. Mahasiswi tersebut lalu menjelaskan bahwa kombucha adalah minuman fermentasi teh yang kaya probiotik dan populer di kota-kota besar. Ditambah jahe dan rosella, rasanya bisa lebih segar sekaligus menyehatkan. Meski awalnya bingung, Pak Eko akhirnya setuju mencoba. “Kalau memang bisa bikin kedai ini lebih rame, kenapa tidak?” ujarnya.
Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, kombucha dipilih sebagai media utama. Alasannya sederhana namun kuat: minuman fermentasi teh ini kaya akan probiotik, yang terbukti mampu meningkatkan kesehatan pencernaan dan sistem imun. Penambahan jahe memberikan efek hangat dan antiinflamasi, sedangkan rosella menyumbang antioksidan tinggi dan cita rasa segar yang khas.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Pak Eko "Kami menyambut baik inovasi ini, karena tidak hanya menyehatkan warga, tapi juga membuka peluang ekonomi baru. Harapannya, CHA-HERO bisa menjadi identitas baru desa kita di bidang produk pangan fungsional," tuturnya.
Di atas meja kayu, ada lima botol CHA-HERO hasil uji coba mahasiswa KKN-T UNDIP 2025. Warnanya merah muda terang, tampak indah meski cahaya matahari siang menyorot tajam dari jendela. Label sederhana menempel di botol, bertuliskan: “CHA-HERO: Kombucha Jahe-Rosella”.
Pak Eko dan Bu Eko duduk tenang, mendengarkan penjelasan tentang proses produksi. “Kalau biasanya Bapak rebus jahe terus langsung jual, kombucha ini perlu fermentasi dulu. Butuh 7–10 hari, tapi hasilnya bisa tahan lebih lama, dan bisa diminum kapan saja,” jelas Rani, salah satu anggota tim KKN.
Bu Eko manggut-manggut. “Jadi bukan hanya orang yang kedinginan malam-malam saja yang minum, ya? Siang pun bisa,” katanya dengan polos. Semua yang hadir tertawa hangat.
Selanjutnya, salah satu anggota tim KKN, Rani, memimpin sesi "Kombucha", menjelaskan secara rinci manfaat probiotik, peran antioksidan dalam melawan radikal bebas, dan bagaimana kombinasi jahe-rosella mampu memberikan efek sinergis bagi kesehatan. Mahasiswa KKN mengajak Pak Eko dan Bu Roya masuk ke dapur. Dapur itu sederhana, dengan kompor gas satu tungku, panci, serta rempah-rempah. Pertama, mereka merebus air dan menambahkan rosella. Setelah itu, irisan jahe dimasukkan. Aroma harum langsung memenuhi ruangan.
“Kalau baunya begini, bikin saya lapar,” kata Pak Eko, membuat semua tertawa.
Setelah didinginkan, larutan itu dituang ke toples kaca besar. SCOBY — kultur kombucha berbentuk jelly perlahan dimasukkan. Bu Roya agak kaget. “Lho, bentuknya kayak tempe busuk tapi licin. Ini beneran bisa diminum?” tanyanya dengan wajah heran.
Rani menjawab sabar, “Iya, Bu. Justru ini yang bikin fermentasi jalan. SCOBY ini seperti ‘ibu’ yang melahirkan kombucha.” 
Pak Eko mengangguk. “Kalau begitu, saya anggap dia keluarga baru di kedai ini,” ucapnya sambil tertawa kecil.
Momen yang paling ditunggu adalah sesi icip mengicip. Botol-botol CHA-HERO yang sudah melalui fermentasi sempurna disajikan dingin. Warna merahnya memikat, dengan aroma floral bercampur hangatnya jahe. Saat tegukan pertama menyentuh lidah, rasa manis-asam yang seimbang langsung memanjakan indera pengecap. Bu Roya membuka tutup botol, lalu menuangkannya ke gelas kaca bening. Buih halus muncul di permukaan, ia pun menyeruput perlahan, lalu tersenyum.

“Wah, ini rasanya beda sekali. Ada asam segar, ada manis, ada hangatnya jahe juga. Kayak minuman jahe saya, tapi lebih modern,” komentarnya puas.
Sebelumnya, terdapat keraguan dari Bu Roya selaku istri dari Pak Eko terhadap rasa dari kombucha, apakah dapat diterima oleh masyarakat atau tidak.
"Awalnya saya ragu, takut rasanya aneh atau prosesnya rumit," ungkap Bu Roya, selaku istri Pak Eko "Tapi setelah mencoba, ternyata kombucha ini rasanya unik, segar, dan membuat badan terasa ringan. Ini juga bisa diminum siang hari tanpa takut kepanasan. Segar sekali, kalau dijual di kedai pasti anak muda suka"
Rani - mahasiswi KKN-T 123 UNDIP yang melangsungkan ide itu pun tampak lega. Rasa puas terpancar dari wajah mereka. Produk yang dirancang akhirnya diterima oleh pemilik kedai jahe, yang menjadi mitra utama mereka. Kegiatan program kerja dalam pembuatan CHA-HERO pada hari itu bukan sekadar omongan belaka, melainkan sebuah langkah kecil yang dihadirkan dengan memadukan edukasi kesehatan, demonstrasi pembuatan, dan sesi cicip produk.  Bagi Pak Eko dan Bu Eko, CHA-HERO bisa menjadi nafas baru bagi usaha kecil mereka. Selama ini, kedai hanya ramai saat musim hujan atau malam dingin. Saat siang atau musim kemarau, pembeli sepi.
“Kalau ada minuman dingin seperti ini, kedai kami bisa buka siang juga. Anak sekolah bisa mampir, orang yang lewat bisa beli botol untuk dibawa pulang,” kata Pak Eko penuh semangat. Bu Eko menambahkan, “Saya bisa bantu bikin di rumah, sementara suami tetap melayani di kedai. Jadi usaha kami jalan terus, tidak tergantung musim.”

Dengan bahan baku sederhana yakni teh, jahe, rosella, gula serta biaya produksi relatif rendah. Tapi dengan kemasan botol plastik dan label menarik, harga jual bisa tiga kali lipat. “Ini artinya tambahan penghasilan. Kami tidak perlu nunggu hujan datang baru laku,” ujar Pak Eko dengan nada lega.
Meski optimis, pasangan ini sadar masih ada tantangan. Fermentasi butuh waktu dan ketelitian. Produk harus higienis agar tidak rusak. Pemasaran juga perlu diperluas. “Kalau cuma jual di kedai, paling yang beli orang desa. Harus ada cara biar bisa masuk ke kota,” kata Pak Eko.
Mahasiswa KKN menjawab dengan strategi: promosi digital melalui media sosial, pemasaran lewat platform e-commerce, dan kolaborasi dengan kafe di Pemalang. “Bapak-Ibu tidak sendiri. Kami akan bantu membuatkan konten promosi, foto produk, bahkan akun Instagram khusus untuk kedai,” jelas Rani.
Bu Eko tersenyum malu. “Saya tidak paham itu Instagram-Instagram. Tapi kalau bisa bikin orang tahu produk kami, saya ikut saja.”
Pada dasarnya CHA-HERO tidak hanya diposisikan sebagai minuman tren, tetapi benar-benar sebagai produk fungsional berbasis ilmiah. Berdasarkan literatur yang disampaikan tim KKN, probiotik dalam kombucha dapat membantu meningkatkan populasi bakteri baik di usus, yang pada gilirannya memperkuat sistem imun. Sementara itu, rosella mengandung vitamin C dan antosianin yang tinggi, berperan sebagai antioksidan alami untuk melawan kerusakan sel akibat radikal bebas. Dari sisi ekonomi, peluangnya pun besar. Dengan modal bahan baku lokal yang murah, harga jual per botol CHA-HERO bisa mencapai tiga kali lipat biaya produksi. Apalagi kemasan yang dirancang tim KKN lengkap dengan label bergaya modern bertuliskan "CHA-HERO: Kombucha Jahe-Rosella" membuat produk ini layak bersaing di pasar ritel maupun daring. Di luar soal bisnis, CHA-HERO memberi makna pribadi bagi pasangan ini. Mereka merasa usaha kecil mereka dihargai, didukung, dan diberi jalan baru.
“Saya hanya penjual jahe biasa. Tidak pernah terbayang bisa punya produk berlabel seperti ini,” ucap Pak Eko lirih. Bu Eko menambahkan, “Bagi saya, ini bukan hanya minuman. Ini bukti bahwa usaha kecil bisa berkembang kalau ada yang mau membantu.”
Hari itu, di rumah sederhana dengan kedai kecil di depannya, CHA-HERO resmi diperkenalkan. Tidak ada panggung megah, hanya meja kayu, botol plastik, dan senyum tulus pasangan pelaku UMKM. CHA-HERO lahir bukan hanya sebagai minuman probiotik, tetapi sebagai simbol perubahan: dari kedai jahe tradisional menuju produk modern bernilai tinggi. Pak Eko menutup acara peresmian dengan kalimat sederhana namun penuh makna.
“Kalau nanti ada orang luar desa minum CHA-HERO, saya akan bilang, itu lahir dari kedai kecil kami di Klareyan. Dari jahe yang biasa, jadi minuman luar biasa.”
Siang itu, di bawah terik matahari, sebuah harapan baru tumbuh di rumah kecil di Desa Klareyan. CHA-HERO resmi lahir dari kedai jahe sederhana, untuk masa depan yang lebih besar. Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Siti Fatimah, M.Kes., menekankan bahwa keberlanjutan adalah kunci. "Kami ingin memastikan bahwa setelah mahasiswa kembali ke kampus, warga sudah mampu memproduksi, memasarkan, dan mengembangkan varian baru sendiri," ujarnya. 
Ke depannya, CHA-HERO tidak hanya dipasarkan di desa, tetapi juga di toko oleh-oleh Kabupaten Pemalang, kafe-kafe lokal, dan platform e-commerce. Tim KKN telah menyiapkan rencana promosi digital melalui media sosial dengan konten edukasi tentang manfaat probiotik dan antioksidan. Selain itu, varian rasa baru tengah dikembangkan, seperti CHA-HERO Mint, CHA-HERO Lemon, dan CHA-HERO Pandan. Semua tetap berbasis bahan alami lokal, dengan fokus menjaga kualitas probiotik dan antioksidan.
Pengenalan CHA-HERO di Desa Klareyan hari itu menjadi lebih dari sekadar peresmian produk. Ia adalah simbol sinergi antara ilmu pengetahuan, kearifan lokal, dan semangat pemberdayaan masyarakat. Dari pekarangan desa hingga gelas di tangan, CHA-HERO membawa pesan bahwa kesehatan dan ekonomi bisa berjalan seiring. Antusiasme mitra dalam mencoba inovasi kombucha jahe-rosella menjadi bukti nyata bahwa sebuah perubahan tidak selalu harus ditakuti. Justru dari keraguan itulah lahir pengalaman baru yang membuka wawasan mereka mengenai potensi pangan fungsional. Apa yang awalnya dianggap rumit dan terasa asing, ternyata mampu menghadirkan rasa kebersamaan serta semangat untuk berinovasi bersama. Minuman yang sederhana ini tidak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga memberikan inspirasi bahwa bahan-bahan lokal seperti jahe dan rosella mampu diolah menjadi produk bernilai tambah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Lebih dari sekadar pengenalan pangan fungsional, kegiatan ini menciptakan ruang dialog dan belajar bersama antara warga dan teman-teman KKN-T UNDIP 2025. Mitra tidak hanya memperoleh keterampilan baru, melainkan juga merasakan kepercayaan diri untuk mencoba, berkreasi, dan melihat peluang usaha yang lebih luas. Semangat yang tumbuh dari pengalaman bersama ini diharapkan dapat terus berlanjut, sehingga inovasi pangan seperti kombucha jahe-rosella tidak berhenti pada tahap uji coba saja, tetapi dapat berkembang menjadi produk unggulan desa yang membanggakan.
Dengan adanya keberanian untuk mencoba hal-hal baru, masyarakat Klareyan kini memiliki bekal untuk melangkah lebih jauh dalam menciptakan produk pangan sehat, berkelanjutan, dan berdaya saing. Kisah kecil dari keraguan hingga menjadi kekaguman ini menjadi pengingat bahwa setiap inovasi membutuhkan keberanian untuk memulai. Dan ketika keberanian itu telah tumbuh, bukan hanya produk yang lahir, tetapi juga semangat kebersamaan, kreativitas, dan harapan baru bagi masa depan desa.
Seperti kata Rani Sofiani - salah satu mahasiswi KKN-T 123 Universitas Diponegoro dalam menutup kegiatan perkenalan CHA-HERO tersebut, "Kami berharap CHA-HERO bukan hanya diminum untuk kesehatan, tapi juga menjadi cerita inspirasi bahwa inovasi bisa lahir dari desa, untuk dunia." (Eko B Art). 

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Pengabdian: Mahasiswa KKN-T 158 Dorong Inovasi UKM Kopi Di Desa Jurangmangu

Idul Fitri Adalah Momen Kebersamaan "Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah"

Mahasiswa KKN Multidisiplin Dorong Kopi Jurangmangu Tembus Pasar Lewat Branding Berbasis Budaya Lokal