Tragedi Gendhis Sang Bunga Desa (PS Revenge) (Part.4).




Pemalang | - Kebiasaan persiapan sebelum maghrib, Bapaknya Gendhis menyalakan lampu Petromax, yang pada masanya lampu Petromax adalah lampu yang sangat istimewa, Gendhis selalu menunggu momen saat Bapaknya Gendhis menyalahkan lampu Petromax sambil membantu meneteskan bahan bakar pemicu yang biasa disebut spirtrus pada tengah lampu.


Ada kaos lampu Petromax yang terbentuk jaring jaring dari untaian benang kasa, dan akan berubah menggelembung membentuk bola putih yang terang benderang jika dinyalakan setelah proses pemompaan dengan bahan bakar minyak tanah. 


Disitu Gendhis senang sekali memperhatikan lampu petromax, semakin dipompa semakin terang cahaya lampunya. Satu lampu petromax bisa menerangi satu ruangan yang luas bahkan bisa menembus cela cela ruangan yang lainnya.



Setelah Bapaknya Gendhis menyalakan lampu petromax, Bapaknya Gendhis ke kamar kecil untuk cuci tangan, disitulah Gendhis mengambil kesempatan untuk mencari kerudung Ibunya, dan segera berlari menyusul teman temannya yang sudah duluan berangkat ngaji. 



Dan hal itu biasanya selepas waktu Maghrib berlalu, disusul suara anak anak seusia Gendhis berlarian berangkat untuk belajar mengaji kerumah pak ustadz. 

Gendhis merasa iri menginginkan bisa bersama mengaji bareng teman temannya seperti mereka, tapi sayang untuk kesempatan seperti itu susah didapatkan oleh Gendhis, karena Gendhis tidak boleh ikut mengaji oleh Bapaknya Gendhis.



Gendhis harus mengikuti agama Bapaknya, terkadang Gendhis berusaha mencuri waktu lengahnya Bapaknya dan Gendhis pun ikut belajar mengaji. 


Tapi na'asnya Gendhis ketahuan juga sama Bapaknya, dan Gendhis pun melemparkan kerudungnya ke pepohonan dipinggir jalan, supaya tidak diketahui oleh Bapaknya Gendhis. 



Untuk berangkat ngaji bareng teman temannya, Gendhis harus berlari mengejar teman temannya untuk berangkat ngaji, nanti pulangnya juga berlarian bersama teman. 






Ditempat ngaji, Gendhis ikut duduk bersama teman temannya, tapi Gendhis tidak bisa apa-apa, Gendhis merasa seperti anak paling bodoh, karena Gendhis berangkat berangkat ngaji harus mencari lengah Bapaknya, ketika pulang juga menunggu Bapaknya lengah, dan tidak jarang kesempatan Bapaknya yang lengah, tidak didapati Gendhis, dengan demikian Gendhis harus tetap dirumah tanpa bisa ngaji bareng bersama teman, dan akhirnya Gendhis jarang berangkat mengaji, disitulah Gendhis tidak bisa fokus dalam mengikuti kegiatan belajar ngaji tahap demi tahap. 


Ada satu momen yang sangat menyenangkan diingatan Gendhis, ketika pulang mengaji bersama teman temannya pada waktu Bulan Purnama. 

Gendhis dan teman temannya selesai mengaji berlarian kesana kesana sambil menengadah keatas melihat bulan Purnama, dalam rimbunnya pohon pohon besar Bulan terlihat seperti mengintip Gendhis yang sedang bermain bersama teman. 

Bahkan Gendhis dan teman temannya beranggapan ketika bulan menghilang tertutup rimbunnya pohon, semua anak anak menyapa Bulan Purnama "Hai Bulan Aku berada disini, kamu dimana"..? Dan ketika rimbunan pohon lainnya bisa ditembus terangnya cahaya Bulan, Gendhis dan temannya berkata, "Bulan Purnamanya ternyata kamu ada dibalik pohon ini, bukan dibalik pohon itu"..? 


Ketika Gendhis dan temannya berlari kesana kemari, Mereka semua juga mengatakan, Bulan Purnama selalu mengikuti kita, dan mereka semua tertawa Bahagia karena Bulan Purnama telah mengikutinya. 

Namun kembali, ketika selesai waktu bersama teman bermain dengan Bulan Purnama, ada orang tua dari teman temannya yang mencari anak anaknya. 

Disitulah ketakutan Gendhis mulai muncul, dari kejauhan Gendhis mengamati rumahnya, dan ternyata Bapaknya Gendhis sudah menghadang Gendhis. 
Kedua tangan Bapaknya Gendhis berada di pinggang tanda kemarahan......... Bersambung. 
(Prawira Sasmita) / (Eko B Art).

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Pengabdian: Mahasiswa KKN-T 158 Dorong Inovasi UKM Kopi Di Desa Jurangmangu

Idul Fitri Adalah Momen Kebersamaan "Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah"

Mahasiswa KKN Multidisiplin Dorong Kopi Jurangmangu Tembus Pasar Lewat Branding Berbasis Budaya Lokal