Mahasiswa UNDIP Memperkenalkan Agens Hayati sebagai bentuk Pemeliharaan terhadap Tanaman Kopi
"Desa Jurangmangu, yang dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas, dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani. Namun, sebagian besar petani kopi di desa ini masih mengalami kendala dalam proses budidaya tanaman kopi", hal tersebut disampaikan Dwi Nur Halizah, usai dirinya merampungkan tugas KKN, Selasa (10/9/2024).
Dirinya juga menambahkan, "Banyak tanaman kopi yang memiliki kualitas kurang baik akibat serangan dari harma atau penyakit kopi seperti hama penggerek buah kopi (PBKo) dan penyakit karat daun".
"Untuk mengatasi hal tersebut, kami memperkenalkan agens hayati berupa Trichoderma sp. sebagai salah satu solusinya. Agens hayati atau agens pengendali hayati merupakan organisme atau mahluk hidup, terutama serangga, cendawan, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya. yang dapat dipergunakan untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengenalan agens hayati ini dipilih karena untuk menghindari penggunaan pestisida sintetis yang berlebihan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi ini', ucap Dwi Nur Halizah.
Selain itu, tim juga memberikan demo perbanyakan agens hayati dan juga praktik metode aplikasi di lapangan secara langsung, dalam hal ini "Petani kopi didesa setempat sangat antusias untuk belajar mengenai penggunaan agens hayati sebagai salah satu solusi pengendalian hama dan penyakit tanaman. Mereka menyadari pentingnya usaha pemeliharaan tanaman kopi dengan penggunaan agens hayati. Mereka juga menyadari bahwa penggunaan pestisida sintetis dapat menimbulkan resiko bagi tanah, tanaman dan praktisi budidaya," ujar Dwi.
Saya dibawah naungan Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Heni Rizqiati, S.Pt., M.Si. dan Dr. Fahmi Arifan, S.T., M.Eng., IPM berharap agar program kegiatan ini bisa dimanfaatkan bagi para petani kopi di Jurangmangu agar dapat melakukan praktik budidaya tanaman kopi sekaligus pemeliharaan yang maksimal.
"Pengenalan agens hayati ini juga diharapkan dapat mengubah mindset para petani untuk beralih ke penggunaan bahan bahan yang lebih ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu serta dapat menyuburkan lahan- lahan mereka. Pengenalan agens hayati ini juga tidak terbatas pada para petani kopi saja akan tetapi dikenalkan secara meluas kepada petani hortikultura yang berada di Jurangmangu dengan tujuan untuk menggencarkan penggunaan praktik budidaya yang ramah lingkungan", pungkas Dwi Nur Halizah.
(Eko B Art).
Comments
Post a Comment