Inovasi Hijau "Mahasiswa KKN UNDIP 2024 Transformasi Limbah Kulit Kopi Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas untuk Pertanian Berkelanjutan"
Pemalang | - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP) tahun 2024 melakukan inovasi dalam pembuatan pupuk kompos organik yang berbasis pada limbah kulit kopi, serbuk kayu, dan sisa-sisa dari pohon pisang.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan praktik pertanian berkelanjutan di Desa Pulosari Pemalang.
"Limbah pertanian dan industri seringkali menjadi masalah lingkungan, terutama limbah kulit kopi yang banyak dihasilkan dari industri kopi lokal. Pengelolaan limbah ini menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan", hal tersebut diungkapkan Nayla Nadida Annajiha Mahasiswa UNDIP, usai dirinya menuntaskan tugas KKN-T di desa Pulosari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, Rabu (25/2024).
Nayla Nadida juga menyatakan bahwa dengan mengidentifikasi peluang dalam pemanfaatan limbah untuk menjadi pupuk kompos yang berguna, sekaligus mengurangi pencemaran dan memberikan manfaat ekonomi kepada petani lokal, maka penggunaan kulit kopi, serbuk kayu, dan sisa-sisa dari pohon pisang dalam pembuatan pupuk kompos organik ini menawarkan banyak manfaat bagi tanaman dengan kandungan nutrisi yang baik dan ramah lingkungan.
Dr. Ir. Fahmi Arifan, S.T., M.Eng., IPM, selaku Disen Pembimbing lapangan, menambahkan bahwa inovasi ini dapat mengatasi kekurangan nutrisi dalam tanaman organik yang biasa.
Selanjutnya Ibu Dr. Heni Rizqiati, S.Pt., M.Si juga menekankan bahwa penggunaan bahan organik dalam pupuk kompos organik dapat membantu mengurangi biaya perawatan dan memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.
"Inovasi ini diharapkan tidak hanya mengoptimalkan pemanfaatan kulit kopi tetapi juga meningkatkan kreativitas masyarakat Pulosari dalam memenuhi kebutuhan peternakan mereka. Selain itu, langkah ini dapat memberikan dampak positif bagi UMKM Kopi Cap Tugu Juang dan ekonomi lokal, dengan membuka peluang baru dan mengurangi pengeluaran dalam pembelian pakan ternak", pungkas Heni Rizqiati. (Eko B Art).
Comments
Post a Comment