Manfaatkan Limbah Kulit Kopi dan Jahe Sebagai bahan Tambahan dalam Pembuatan Sabun Padat
Pemalang | - Desa jurangmangu Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang Jawa Tengah yang terletak di kaki Gunung Slamet. Desa tersebut terkenal dengan hasil pertaniannya sehingga sebagian besar warga di Desa Jurangmangu merupakan petani.
Salah satu tumbuhan yang banyak tumbuh di sana adalah tanaman kopi, dengan kondisi suhunya yang dingin membuat tanaman kopi tumbuh subur di desa ini.
"Adapun bagian tanaman kopi yang sering dimanfaatkan saat panen adalah biji kopinya, sementara bagian lain seperti kulit kopi hanya dibuang karena dianggap sebagai limbah dan tidak berguna, padahal, kulit kopi juga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan, salah satunya yaitu sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun padat", hal tersebut disampaikan Adina Rahma Qorina Mahasiswa KKN Tematik Undip dari Fakultas Sains dan Matematika, jurusan Prodi Biologi, Jumat (23/8/2024).
Kami mencoba Inovasi dalam industri sabun yang terus berkembang, salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang biasanya dianggap limbah, Kami memanfaatkan kulit kopi yang biasanya dibuang sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun padat, ditambah dengan Jahe yang dikenal memiliki sifat antiseptik dan anti-inflamasi.
Kombinasi ini diharapkan menghasilkan sabun yang tidak hanya membersihkan, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi kulit.
“Bagian dari tanaman kopi yang sering dimanfaatkan itu adalah bijinya, sedangkan kulitnya hanya dibuang begitu saja karena dianggap sebagai limbah", sambung Adina Rahma Qorina.
Selanjutnya Adina Rahma juga menambahkan keterangannya bahwa kulit kopi juga memiliki kandungan dan aroma khas yang tidak kalah dari biji kopi sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan tambahan sabun padat. Selain itu, teksturnya yang agak kasar juga membuat sabun kulit kopi tersebut dapat berfungsi sebagai scrub dengan cara digosok-gosokkan ke kulit.
"Kulit kopi yang digunakan dalam pembuatan sabun padat ini dikeringkan dan disangrai terlebih dahulu agar kandungan airnya hilang dan aromanya lebih keluar, kemudian dihaluskan menggunakan blender, dan dimasukkan ke dalam campuran minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, dan larutan NaOH.
"Penyangraian kulit kopi bertujuan agar aroma yang dihasilkan kulit kopi lebih kuat, sehingga memberikan aroma pada sabun”, ujar Adina Rahma.
Produk dari Sabun ini, diberi nama Feaber Soap yang merupakan gabungan dari nama ilmiah kopi dan jahe.
“Saya menamakan produk sabun ini menggunakan gabungan nama ilmiah atau lebih tepatnya genus dari tumbuhan kopi dan jahe, yaitu Coffea dan Zingiber sehingga disingkat menjadi Feaber”, terang Adina Rahma.
Sabun padat yang dihasilkan dari kulit kopi dan jahe ini memiliki tekstur yang halus dengan butiran-butiran kasar dari kulit kopi yang memberikan efek eksfoliasi ringan. Sabun ini tidak hanya membersihkan tetapi juga membantu menjaga kulit dengan mengurangi peradangan dan memberikan sensasi segar", ujar Adina Rahma.
“Untuk memperkuat aroma kopi pada sabun sebenarnya dapat dilakukan dengan menambahkan essential oil kopi, namun saya tidak menggunakannya karena saya ingin menonjolkan aroma kulit kopinya itu bagaimana, ternyata memang masih belum terlalu kuat dan sebaiknya ditambahkan essensial oil saja karena yang membuat orang-orang tertarik membeli sabun adalah aroma atau wanginya. Sementara itu, untuk bentuknya mungkin dapat lebih menarik jika dicetak menggunakan cetakan sabun yang sudah berbentuk. Saya memang hanya menggunakan cetakan persegi panjang biasa lalu dipotong-potong sehingga hasilnya mungkin kurang rapi”, pungkas Adina Rahma.
Dalam hal ini, atas hasil inovasi dari Mahasiswa KKN Undip, warga Desa Jurangmangu menyambut baik atas inisiatifnya dan juga mengapresiasi atas pengetahuan baru yang diberikan oleh mahasiswa KKN Tematik Undip.
Ada juga warga yang bersemangat untuk mengaplikasikan pembuatan sabun ini dalam kehidupan sehari-hari, beberapa warga bahkan telah merencanakan untuk memproduksi sabun ini secara berkelanjutan dan memasarkannya ke daerah sekitar.
Budi selaku pemilik UMKM D’JAV Kopi di Jurangmangu, turut bangga dengan hasil produk yang dibuat oleh Adina ini. Beliau tidak menyangka bahwa kulit kopi dapat dicampurkan ke dalam sabun.
“Saya sangat bangga dengan produk sabun padat dari limbah kulit kopi yang biasanya hanya dibuang begitu saja, hanya saja aromanya kurang wangi dan bentuknya mungkin bisa diperbaiki lagi agar lebih menarik.” ucap Budi.
Meskipun masih ada beberapa kekurangan, kami memakluminya dan tetap bangga dengan hasil sabun kulit kopi ini. “Ya namanya juga masih belajar, tidak bisa langsung bagus, pasti dimulai dari nol dulu, kemudian baru bisa bagus. Sabunnya juga dibuat sendiri kan, beda dengan sabun-sabun yang sudah dibuat menggunakan mesin di pabrik-pabrik. Itu juga sudah termasuk bagus dan hebat karena sabunnya berhasil dan berbusa”, sambung Budi.
Selanjutnya Dosen pembimbing KKN Tematik, Ibu Dr. Heni Rizqiati, S.Pt., M.Si., dan Dr. Fahmi Arifan, S. T., M. Eng., IMP., sangat mengapresiasi produk sabun kulit kopi ini, karena dapat dijadikan inovasi baru dalam meningkatkan perekonomian UMKM di Desa Jurangmangu. “Saya bangga dengan produk sabun kulit kopi ini karena dapat dijadikan inovasi baru dalam industri persabunan. Selain biji kopi, ternyata kulit kopi juga dapat dimanfaatkan untuk membuat produk yang tidak kalah keren, contohnya sabun ini. Warga Desa Jurangmangu dapat menggunakan konsep sabun kulit kopi ini sebagai usaha baru atau usaha tambahan mereka”, ucap Heni Rizqiati.
Demikian juga dengan Fahmi Arifan, dirinya juga menyampaikan Apresiasi atas hasil produk inovasi sabun kulit kopi yang dibuat oleh Adina ini. “Saya selaku dosen pembimbing KKN Tematik sangat mendukung program kerja pembuatan sabun kulit kopi ini karena memanfaatkan bagian lain dari tanaman kopi yang belum banyak dimanfaatkan sehingga dapat menjadi inovasi baru dalam membuat sabun beraroma kopi”.
"Inovasi pembuatan sabun padat dari kulit kopi dan jahe menunjukkan bahwa bahan-bahan alami yang sering dianggap limbah dapat dimanfaatkan dengan baik. Kegiatan inovatif ini diharapkan tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan produk dengan nilai tambah bagi kesehatan kulit yang dapat meningkatkan perekonomian warga melalui produksi dan penjualan sabun. Selain itu, inovasi ini juga diharapkan dapat terus dikembangkan dan diaplikasikan dalam skala yang lebih besar oleh warga desa Jurangmangu", pungkas Fahmi Arifan. (Eko B Art).
Comments
Post a Comment